Penulis:
Dr. H. Mulyawan Safwandy Nugraha, M.Ag., M.Pd (Direktur Eksekutif Perkumpulan Peneliti dan Pegiat Literasi / Editor in chief Jurnal Epistemic)
Hari Kartini bukan sekadar seremoni. Ini adalah momen untuk membuka mata: perjuangan perempuan belum selesai. Masih banyak ketidakadilan yang membelenggu hak-hak dasar perempuan. Jika kesetaraan adalah hak semua orang, mengapa perempuan harus terus berjuang? Jawabannya ada di depan mata kita.
Perempuan masih menghadapi diskriminasi setiap hari. Akses pendidikan, pekerjaan layak, dan kesehatan sering terbatas. Stereotip seperti “perempuan lemah” atau “tugasnya di dapur” masih mengakar. Kekerasan fisik dan verbal juga kerap terjadi. Ini bukan masalah kecil, tapi krisis kemanusiaan.
Lihatlah sekitar: berapa banyak perempuan cerdas yang terhalang karirnya? Berapa banyak suara perempuan yang dibungkam? Padahal, ketika perempuan maju, seluruh masyarakat ikut maju. Ketidaksetaraan gender merugikan bukan hanya perempuan, tapi juga kemajuan bangsa.
Hukum dan kebijakan sering tak memihak perempuan. Budaya patriarki menganggap perempuan sebagai “kelas dua”. Representasi perempuan di politik dan kepemimpinan masih sangat minim. Perubahan sistemik harus segera dilakukan. Tanpa itu, kesetaraan hanya ilusi.
Ini bukan hanya urusan perempuan. Ketika hak perempuan diinjak, seluruh masyarakat ikut terluka. Anak-anak tumbuh dalam ketimpangan. Ekonomi terhambat karena potensi separuh populasi tak tergali. Kesetaraan gender adalah tanggung jawab bersama.
R.A. Kartini membuktikan: satu suara bisa menginspirasi jutaan orang. Surat-suratnya membuka jalan bagi emansipasi. Tapi perjuangannya belum selesai. Kita harus meneruskan estafet perubahan. Setiap perempuan berhak jadi Kartini zaman now.
Dukung pendidikan untuk anak perempuan. Tolak candaan seksis dan stereotip gender. Beri ruang bagi perempuan untuk memimpin. Laporkan kekerasan terhadap perempuan. Perubahan dimulai dari hal kecil. Setiap aksi penting.
Sudah ada kemajuan: lebih banyak perempuan di dunia kerja, politik, dan STEM. Undang-undang perlindungan perempuan semakin kuat. Tapi kita tak boleh berpuas diri. Setiap kemajuan harus dijaga dan diperluas.
Ketika perempuan diberi hak yang sama, semua menang. Keluarga lebih sejahtera. Ekonomi tumbuh. Masa depan lebih cerah. Ini bukan perang gender, tapi upaya bersama menuju keadilan.
Mari jadikan Hari Kartini sebagai pengingat: perjuangan terus berlanjut. Bicara, bergerak, dan lawan ketidakadilan. Setiap perempuan berhak hidup bermartabat. Bersama, kita bisa menciptakan dunia yang lebih setara. Ayo, mulai hari ini!